Senin, 20 April 2020

Tips Menulis Cepat dan Tepat


Bertemu kembali dalam kihade@blogspot. Kali ini kita akan mengahdirkan Catur Nurrochman Oktavian, M. Pd. Beliau adalah Ketua Departemen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat PB PGRI sekaligus Redaktur Suara Guru PGRI. Tips Menulis Cepat dan Tepat ini merupakan materi pelatihan menulis gelombang 3 yang di mentori oleh Om Jay . Beliau adalah mentor sekaligus blogger yang menulis buku " Catatan Harian Seorang Guru Blogger " yang gurih untuk dibaca. 
Baik tidak panjang lebar sebagai kalimat pembuka , langsung saja kita simak , apa saja Tips Menulis Cepat dan Tepat. berikut rangkumannya :

Pertama, kita harus kalahkan dulu dua musuh utama dalam menulis. Apa itu musuh utamanya? Yaitu adalaha rasa takut dan malas. Dua musuh utama yang harus kita kalahkan agar dapat memulai menulis cepat dan tepat di media massa luring atau daring. Takut tulisannya jelek, takut dicela, takut tulisannya sudah basi, dan takut takut lainnya. Ini yang menghambat kita dalam memulai sebuah tulisan. Setiap penulis yang baik tentu tidak membutuhkan “mood”.  Tidak ada alasan tidak menulis, karena tidak ada mood. Mood harus disingkirkan dari benak Anda jika menghambat kerja otak dalam menulis. Bayangkan Anda seorang yang bekerja menghasilkan tulisan seperti wartawan, kolumnis, dan redaktur majalah. Jika mereka bekerja mengandalkan mood, tentu karirnya akan tamat seketika.

Kedua, Menulislah dengan simpel dan apa adanya. Rumus jitu ini dilonarkan oleh Isaac Asimov, seorang penulis fiksi ilmiah yang memiliki reputasi bagus, mengakui bahwa cara ia menulis adalah “simpel dan apa adanya”. Perlu diingat, bahwa setiap orang yang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, maka ia dapat melakukan lebih cepat dibandingkan orang yang tidak bekerja secara baik. Bila Anda menguasai secara detail pengerjaan tulis menulis, maka kecakapan itu akan berbanding lurus dengan kecepatan pengerjaan.
Menulislah dengan simpel dan apa adanya mengandung maksud, jadilah dirimu sendiri ketika menulis. Bagaimana caranya menemukan gaya atau menjadi diri sendiri ketika menulis?. Tentu dengan perbanyak menulis dan membaca untuk mempelajari gaya tulisan orang lain atau copy the master.
Noted: “Jangan paksakan diri dengan menulis sesuatu yang berlebihan di luar gaya Anda”.
Kalau suka traveling, tuliskan kisah perjalanan Anda. Tentu Anda akan lebih mudah menuliskan sesuatu yang disukai. Tuturkan segala yang ada secara sederhana dengan cara Anda. Salah satu yang membuat seseorang  tidak mampu menghasilkan tulisan yang baik adalah karena mencoba memasukkan kata atau kalimat yang membuat pembaca tidak paham pesan apa yang dimaksud dalam tulisan itu.
Menulis itu untuk dibaca. Oleh karena itu, pesan dalam tulisan harus jelas dapat dipahami oleh pembaca. Jika menulis dengan kalimat yang tidak simpel, maka tujuan pesan Anda dalam tulisan tidak tersampaikan. Bahkan hanya membuat kening pembaca berkerut

Ketiga, Menulislah seperti berbicara.
Ketika berbicara kepada teman, tentu tidak ada keinginan Anda menggelembungkan kata atau kalimat dengan bahasa yang berlebihan. Ketika berbicara kepada orang lain, tentu sedapat mungkin menggunakan bahasa yang dapat mudah dipahami, iya kan?
Bagimana bagi seorang pemula ? Mengapa Anda masih ragu menghasilkan draf tulisan yang pertama?. Biarkan tulisan yang dihasilkan jelek, karena Anda masih punya banyak waktu untuk memperbaiki draf tersebut.
Jika ingin tulisan dimuat di media, maka perlu diketahui informasi tentang gaya selingkungnya. Setiap media memiliki gaya selingkung masing-masing sesuai kebijakan redaksinya.  Misalnya, kita perlu mengetahui, berapa jumlah kata dalam artikel yang bisa dimuat di media itu, dan aturan penulisannya. Atau rubrik apa saja yang tersedia di media tersebut. Setiap media memiliki gaya selingkung masing-masing sesuai kebijakan redaksinya.
Tidak usah kuatir tulisan kita ditolak dan dianggap jelek. Perbaiki lagi kekurangannya, dan terus kirim lagi. Banyak faktor mengapa tulisan tidak diterima redaksi. Mungkin tulisan tidak aktual? Atau space dalam edisi penerbitan sudah penuh.
Setelah mendapatkan sharing dari saya di atas, mengapa masih ada keraguan menghasilkan draf tulisan?. Biarkan tulisan yang dihasilkan jelek, karena Anda masih punya banyak waktu untuk memperbaiki draf tersebut.
Note : “Draf tulisan yang jelek masih dapat diperbaiki daripada tidak ada draf sama sekali”.

Dari paparan dan jamuan tip menulis malam dari Om Catur, beragam pertanyaan dari para peserta. Berikut rangkuman pertanyaan dan jawaban yang sungguh menarik untuk kita simak :
ü  Assalamualaikum pak Catur . Nama saya Rasita dari Kab Mukomuko Bengkulu.
Pertanyaan saya. Apa contoh kata dan kalimat yang kita masukkan dalam cerita sehingga pembaca tidak paham ? Terima kasih
 Jawab Om Catur : Terima kasih ibu Rasita dari Bengkulu. Pertanyaan yang bagus. Hindari menulis dengan kalimat yang panjang dan berulang ulang maknanya.
Contoh: Ruangan yang biasa aku gunakan sebagai tempat tidur, sebuah tempat kos dekat stasiun UI, tiap pagi jam 5 pagi aku terbiasa mendengar deru Kereta Listrik yang membawa penumpang dari Jakarta-Bogor PP, itu biasanya sampai aku berangkat kerja, suara itu sering terdengar, sehingga aku sering hafal beberapa kalimat petugas stasiun.

ü  Kalimat di atas memusingkan
Assalamualaikum wr wb. Sampai hari ini saya blm yakin saya bisa menulis. Saya bertanya bagaimana agar jsi tulisan itu penting.  Apakah kita harus menulis yang ilmiah. Ambillah seperti artikel.
Maaf terkait gaya selingkung apa yg dimaksud menurut bapak mana yg lebih mungkin sebagai pemula menulis untuk menjadi buku atau menulis artikel untuk dibukukan
Jawan Om Catur : Pertanyaan pertama ini coba saya jawab. Agar tulisan menjadi penting, maka pesan dan informasi yang dibutuhkan pembaca bisa tersampaikan dengan baik dan jelas. Seperti yang saya sampaikan di atas, mulailah dari hal yang Anda sukai. Kalau Anda suka menulis karya ilmiah, maka tekuni hal ini. Kalau suka menulis artikel populer, features yang ringan, maka kerjakanlah ini.
Gaya Selingkung, maksudnya gaya, batasan, sesuai jati diri, penciri media itu. Sesuai dengan kebijakan redaksi masing masing. Misal, ada media yang membatasi bahwa tulisan yang akan dimuat di medianya minimal 600 kata, hurufnya times new roman, spasi 1.15, dsb. Memulai menulis artikel yang Anda sukai temanya. “Dan yang lebih penting mulailah menulis”
ü  Assalamu'alaikum, Om Catur perkenalkan nama saya Winarti dari Tangerang, saya mau bertanya bagaimana kiat-kiat untuk menghilangkan rasa takut untuk menulis atau berkarya dan bagaimana caranya untuk menumbuhkan rasa percaya diri menulis atau berkarya? Terima kasih Om CAtur.
Jawab Om Catur : Waalaikumsalam.  Ibu Winarti dari Tangerang. Terima kasih atas pertanyaan yang bagus ini. Mengatasi rasa takut menulis adalah dengan menulis. Menulis saja terus menerus. Kalahkan rasa takut bahwa tulisan pertama kita jelek. Lebih baik menghasilkan tulisan yang buruk (dapat diperbaiki) daripada tidak menghasilkan sebuah tulisan (ini tidak dapat diperbaiki). Menumbuhkan rasa percaya diri menulis adalah dengan terus menulis.
ü  Selamat malam pak, bagaimana kiat mengelola konsentrasi yang efektif dalam menulis? Tks. Yulius Roma-Tana Toraja
Jawab Om Catur : Selamat malam. Terima kasih atas pertanyaan yang bagus ini. Mengelola konsentrasi yang efektif adalah dengan melakukan yang Anda sukai. Lakukan pekerjaan yang Anda cintai. Gairah dan fokus pada sesuatu yang kita sukai, cintai akan lebih tinggi dibandingkan sesuatu yang kita tidak sukai. Maka menulislah dari sesuatu hal kecil yang Anda sukai. Fokus pada sesuatu yang kita senangi, akan menambah motivasi kita lebih baik. Passion
ü  Assalamualaikum Om Catur , Saya Andy Muhtadin-Beltim Ke.Babel.
Jawab Om Catru : Menulis dg simpel dan apa adanya dg cepat tiga hal bagi kami pemula ini sebuah hal yg sangat sulit dan rumit, jdi jika itu dilakukan terkadng sangat simpel, sedikit, pendek, dan langsung pada poinnya saja. BAGAIMANA TIPSNYA AGAR SESUAI DG HARAPAN PEMBACA ?.
Menulislah seperti Anda berbicara. Ketika Anda berbicara kepada teman, tentu tidak ada keinginan Anda menggelembungkan kata atau kalimat dengan bahasa yang berlebihan. Ketika Anda berbicara kepada orang lain, tentu sedapat mungkin menggunakan bahasa yang dapat mudah dipahami.
Tipsnya.Menulislah dengan kalimat yang tidak panjang-panjang”.
Menulislah seperti berbicara. Ketika berbicara kepada teman, tentu tidak ada keinginan Anda menggelembungkan kata atau kalimat dengan bahasa yang berlebihan. Ketika berbicara kepada orang lain, tentu sedapat mungkin menggunakan bahasa yang dapat mudah dipahami, iya kan?
ü  Assalamu'alaikum Om Catur, Saya Pak Etik dari Kabupaten Pemalang. Bagaimana Teknis menulis cepat ,apa kita membuat kerangka dulu atau langsung mengalir saja ?
Jawab Om Catur : Waalaikumsalam Pak Etik dari Pemalang. Pertanyaan yang bagus. Ada beragam teknik yang dilakukan penulis. Ada yang senang memulainya dengan membuat kerangka tulisan, ada yang menuliskan kerangka seperti spider web. Ada pula penulis yang langsung menuangkan dari pikirannya ke dalam tulisan. Namun biasanya setiap artikel memiliki kerangka Judul, lead (pendahuluan), isi, dan penutup. Silakan memilihnya sesuai dengan gaya dan kesukaan Anda. Selamat menulis.
ü  Selamat malam., Saya Ari Rumbini dari Purbalingga . mau kepo dikit. Apa yang memotivasi anda pertama kali menulis ? dan tema apa yang anda tulis ?
Jawab Om Catur : Selamat Malam, Ibu Ari Rumbini Purbalingga. Kepo yang menarik. Yang memotivasi saya menulis adalah rasa suka. Passion. Ada kenikmatan dan kebahagiaan bisa berbagi inspirasi, motivasi, pengetahuan melalui tulisan. Awalnya saya suka menulis lirik lagu dan puisi lalu menulis artikel populer, cerita anak, karena dulu pernah menjadi guru TK juga.
Menulis keseharian perilaku anak didik di prasekolah sungguh menggemaskan, menyenangkan. Saat ini menjadi redaktur pelaksana sebuah majalah, maka menulis menjadi suatu pekerjaan. Hampir tiap hari dituntut menulis.
ü  Maaf Om Catur, bagaimana caranya agar tulisan kita tetep nyambung atau konsisten dengan tujuan awal ketika kita mulai menulis, karena terkadang kita tidak mesti langsung selesai dalam menulis? Agus Purwadi, Ponjong
Jawab Om Catur : Dalam menulis memang ada kalanya tidak selesai langsung. Apalagi ketika writer's block itu datang. Agar tetap konsisten, maka kita dapat membaca tulisan tulisan orang lain yang sejenis atau dari buku bacaan sebagai referensi. Sehingga ada ide-ide yang kita bisa gali lebih lanjut. Yang jelas dalam menulis dilarang keras plagiat. Mengambil begitu saja karya orang lain tanpa dicantumkan
ü  Selamat mlm pak Catur, Saya seorang kontributor di sebuah tabloid pendidikan Nasional. Artikel yang saya tulis selalu berupa reportase , Bagaimana caranya ya..supaya bisa berkembang lagi, sehingga jenis tulisan itu bs masuk kategori lain? Rumondang sianturi( butet)-Tangerang
Jawab Om Catur : Terima kasih atas pertanyaan yang bagus. Apakah ibu suka travelling? Atau suka membaca buku biografi? Atau suka menganalisis kebijakan pendidikan? Kalau ibu jawab suka, maka mulailah menuliskan dari hal yang ibu sukai. Tentu akan ibu hasilkan sesuatu yang luar biasa. Cobalah.
ü  Selamat Malam. Super  Om Catur. Materi yg Simple, Padat, Familiar dan Mantul. Menulis cepat bgi kmi yg lebih senang mendengar, bagmana triknya agar banyak yg bisa terekam Om? Salam.Bernad.Toraja
Jawab Om Catur : Penulis yang baik biasanya adalah pengamat yang baik. Bagi yang suka mendengar atau kecerdasan audionya lebih, maka ketika mendengar sesuatu, maka siapkan catatan. Catat poin penting yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Atau pembicaraan direkam, kemudian barulah dituliskan. Banyak jalan menuju roma, banyak cara untuk menghasilkan karya
ü  Tanya Pak Catur dari Mukminin- Lamongan. Untuk menulis di rubrik opini koran berapa kata maksimal? Terimakasih
Jawab Om Catur  : Siap dijawab Pak Mukminin dari Lamongan. Pertanyaan yang bagus. Seperti saya sudah utarakan di atas, bahwa tiap media memiliki gaya, ciri masing masing sesuai kebijakannya. Tidak selalu sama. Itulah yang dinamakan gaya selingkung. Misal, media jawa pos mengharuskan tulisan opini minimal 600 kata. Atau majalah Suaraguru, untuk tulisan opini minimal 700 kata. Jadi berbeda-beda. Bisa ditanyakan di redaksi masing-masing atau biasanya tertulis di salah satu bagian media itu.

Demikian resume pelatihan menulis daring melaui WA group yang dipandu oleh Mr. BamS dan sebagai pemateri Om Catur dari PB PGRI, semoga resmue ini bermanfaat bagi kita semua
#SalamLiterasi
#Menulismenulisdanterusmenulis
Terimakasi Om Jay, Mr BamS dan pastinya Om Catur. MANTAP


Sabtu, 18 April 2020

Belajar Di Setiap Hembusan Nafas

Oleh : Afifa, S.Si
Guru SMP Negeri 2 Ajung
Banyak orang berfikir proses belajar itu harus konsentrasi, sunyi dan tidak ada suara gaduh agar proses belajar itu berhasil sesuai dengan yang diharapkan.  Otak kita telah menyimpan kata belajar itu berhubungan dengan buku, konsentrasi dan akal pikiran.  Padahal teori belajar itu sendiri bermacam macam.. Banyak tokoh dalam teori belajar yang berpendapat bahwa belajar bukan hanya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulus / rangsangan.  

Menurut B.F. Skinner dalam https://id.wikipedia.org/wiki/B.F._Skinner Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya. Sehingga belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang terjadi karena adanya rangsangan dari lingkungannya. Teori ini disebut dengan teori belajar behavioristik. Seseorang yang hidup dilingkungan baru, maka dia akan belajar beradaptasi dengan lingkungannya. Sehingga belajar dapat diartikan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Seperti yang orang sering menyebutkan kata bijak experience is the best teacher artinya pengalaman adalah guru terbaik. 
Belajar dari pengalaman akan memberi efek pada seseorang  untuk mengambil sesuatu yang baik dan  meninggalkan yang buruk. Peserta didik saat di sekolah akan mengalami banyak pengalaman belajar. Mulai berangkat dari rumah menuju ke sekolah sampai kembali lagi ke rumah, dia akan bertemu dengan berbagai macam rangsangan dari lingkungan. Rangsangan dari lingkungan itu akan diterima oleh reseptor yang berupa panca indra.  Contohnya adalah mata  yang melihat dan telinga yang mendengar  merupakan proses belajar. 

Sekolah yang merupakan tempat terjadinya proses belajar dan mengajar membuat peserta didik lebih semangat dalam belajar. Hal ini dikarenakan mereka belajar tidak sendiri tetapi bersama sama dengan teman yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Belajar di rumah yang diterapkan saat pandemi covid-19 membuat mereka jenuh dan ingin kembali ke sekolah. Pada saat didalam kelas peserta didik beradaptasi menerima rangsangan berupa materi pelajaran dari hasil melihat dan mendengarkan  saat guru memberikan materi pelajaran. Sedangkan pada saat diluar kelas mereka akan saling berinteraksi dengan sesama teman yang berbeda jenis kelamin, kebiasaan, tingkah laku dan pemikiran.  
Segala bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik baik saat menerima materi pelajaran di kelas maupun saat berinteraksi dengan sesama teman diluar kelas inilah yang disebut belajar. Belajar sambil bermain sering disebut dalam pembelajaran pada jenjang  Taman Kanak Kanak (TK)  atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Padahal  bukan hanya anak TK dan PAUD yang butuh belajar sambil bermain, tetapi semua orang akan mengalami proses belajar yang lebih menyenangkan apabila dalam suasana yang tidak monoton.
Semua peserta didik waktu masuk sekolah sering mendambakan libur. Tetapi pada saat mereka mengalami libur panjang dan harus belajar di rumah, mereka akan mengatakan lebih enak di sekolah. Sebenarnya ada banyak manfaat yang diberikan pendidikan informal  untuk anak-anak yang  dilakukan di rumah dan lingkungan bermain. Manfaatnya antara lain memperkuat mental, mengenalkan tanggung jawab, membangun jiwa sosial dalam jaringan pertemanan,  dan pengembangan sikap serta kepribadian. Semua manusia memiliki berbagai peran dalam kehidupannya. Misalnya seorang peserta didik juga  menjadi teman, menjadi anak dan menjadi seorang pekerja jika dia pulang sekolah bekerja untuk membantu orang tua mencukupi kebutuhan hidup. Seorang guru perempuan juga berperan sebagai ibu, istri, anggota pengajian, anggota PKK, dan lain lain. Kita harus tetap semangat dalam proses mencari pengalaman dalam hidup untuk tetap mampu beradaptasi dalam berbagai macam bentuk kehidupan. Pengalaman hidup kita saat ini akan menentukan masa depan kita di kemudian hari. Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa belajar bukan hanya di dalam kelas yang formal, tetapi juga pendidikan informal saat berinteraksi sosial. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang berasal dari  pengalaman yang  merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari  lingkungan. Pengalaman hidup akan membuat kita lebih peka dan kuat secara fisik, mental dan kepribadian. Kehidupan terus berjalan, jangan putus asa dan tetap semangat untuk melukis pengalaman pengalaman indah yang akan dikenang sepanjang masa. Belajar tidak ada batas waktu, karena belajar adalah tiap hembusan nafas kita dalam hidup yang kita lewati sampai ajal menjemput kita.

Kamis, 16 April 2020

Wafatnya Rasa Kemanusian dan Nurani di Masa Pandemi


Oleh : Mimin Wulandari, S. Si
Tata sosial dan budaya masyarakat kita terkenal sebagai  masyarakat yang religius ramah tamah, toleransi dan gotong-royong serta saling membantu. Tapi belakangan ini seiring dengan pandemi virus corona serasa nilai-nilai luhur yang sudah tertanam di masyarakat kita diobrak-abrik. Beberapa warga masyarakat serasa sudah kehilangan rasa kemanusiaan serta  nurani yang tergerus. Egoisme timbul untuk lebih mementingkan keselamatan dan keuntungan diri sendiri.  Ternyata ketika bahaya mengancam masing-masing orang spontanitas berusaha menyelamatkan dirinya sendiri, contoh kecil dengan melambungnya harga masker dan hand sanitizer yang sangat dibutuhkan pada masa pandemi ini, beberpa pihak tertentu menimbun dua barang ini yang menyebabkan kelangkaan ditengah masyarakat.
Para pejabat menghimbau masyarakat jangan panik, tapi kepanikan justru terjadi. Sangat ironi sekali karena imbauan yang seharusnya disambut dengan ketidak resahan justru sebaliknya disambut dengan kepanikan, kepanikan nyata adalah aksi warga memborong sembako pada saat himbauan pertama kali oleh pemerintah. Aksi borong sembako dilakukan oleh masyarakat  yang perekonomiannya mampu atau kelas menengah ke atas. Mereka tidak memikirkan bagaimana nasib-nasib saudara kita yang lain, yang harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuap nasi.
Bersama dengan merebaknya kepanikan masyarakat, kita disuguhi sejumlah fakta getir, aneh, lucu, ironis dan terkadang menyedihkan serta memalukan.
Nilai-niai Pancasila sebagai falsafah negara dan ideologi pembangunan, diuji keberadaannya  ketika virus corona merambah ke masyarakat dan membawa malaikat maut datang menjemput warga negara.  Banyak sekali  berita dan cerita tentang dikucilkannya pasien dan keluarga yang positif terjangkit virus corona oleh warga setempat. Anggapan bahwa terjangkit virus corona adalah aib menjadi dampak sosial yang tidak bisa dipungkiri. ketakutan warga yang teramat sangat tertular  virus corona, menyebabkan masyarakat menjauhi pasien corona dengan mengucilkannya.
Banyak kejadian disekitar kita yang membuat kita miris, ketika seseorang yang tiba-tiba terjatuh pingsan dan kejang-kejang, tidak ada satupun warga ditengah keramaian itu mau menolongnya,  mereka  meihat dan merekam saja bagai sebuah tontonan. Aksi penolakan pemakaman jenasah pasien virus corona pun terjadi. Penolakan  jenasah perawat sebagai  pahlawan kemanusiaan yang berada di garda terdepan di masa pandemi ini, membuat rasa kemanusiaan kita terkoyak. Berbagai kecaman muncul atas penolakan jenasah perawat yang dilakukan oleh oknum warga yang tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Stigma negatif pada korban maupun tenaga medis yang terinfeksi corona masih terus terjadi,  tidak hanya sekali dua kali saja . Masih banyak kasus-kasus stigmatisasi dan perlakuan  tidak menyenangkan yang diterima oeh para petugas kesehatan.
Betapa besar perjuangan dan pengorbanan paramedis, mereka melawan rasa cemas, karena besarnya rasa tanggung jawab membuat nyali mereka tidak gentar. Paramedis berani menanggung resiko yang mungkin saja bisa menimpa diri mereka ditengah pandemi. Ternyata tidak semua orang menyadari betapa besarnya pengorbanan tersebut.
Seharusnya kita masyarakat umum memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada paramedis, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengorbanan mereka. Kita harus menumbuhkan lagi rasa kemanusiaan  dimasyarakat, menghilangkan stigma negatif  pada para medis dan pasien corona .
Untuk itu perlu kerjasama pemerintah ulama dan instansi terkait untuk melawan virus ini. Pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi corona hingga tingkat dasar serta secara sistematis, hingga RT bahkan keluarga. Masyarakatpun harus sadar bahwa pemakaman jenasah pasien corona sudah sesuai dengan prosedur tetap, sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat untuk ketakutan tertular corona. Yang perlu masyarakat ketahui bahwa Kementerian kesehatan telah mengeluarkan pedoman tentang pedoman khusus pengurusan jenasah pasien yang terinfeksi virus corona dan pedoman pencegahan dan pengendalian virus corona. MUI pun telah mengeluarkan Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pengurusan Jenasah Musilim yang terinfeksi corona. Tidak ada alasan berlebihan untuk menolak jenasah pasien positif corona, karena semua sudah dilakukan sesuai prosedur, tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Seharusnya kita mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi dan mendoakan bukan sebaliknya. Apapun yang terjadi di bumi pertiwi kita saat ini, semoga wabah ini segera berlalu dan semoga setiap individu menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Senin, 06 April 2020

Aku Bebas Memilih Kelas

Lagi-lagi cerita tentang Pak Say sang guru matematika. Kali ini Pak Say mengajar di kelas X MIPA, biasa sebelum bel berbunyi Pak Say sudah bersiap di serambi kelas. Tepat pukul 12.30 bel berbunyi pertanda pergantian pelajaran .Pak Say pun masuk kelas dengan salam gurihnya. “ Assalamualaikum……” sapanya. “Waalaikumussalam…..” sahut para siswa. Dengan menenteng tas kesayangannya Pak Say melangkah menuju meja guru dan mengeluarkan beberapa buku dan laptop dari dalam tasnya.
Seperti biasa “lagu lama” jurus yang dikeluarkan oleh Pak Say mengawali doa bersama dan menyampaikan beberapa patah kalimat motivasi kepada siswa sebagai bahan apersepsinya. Lima menit berjalan , para siswa sudah bersiap dengan “kipas manualnya”, apa itu ? pastinya buku tulis.
Gerah pada siang itu cukup membuat para siswa termasuk Pak Say merasakan “ketidakbetahan” di kelas. Pak… Panas.” cuitan dari beberapa siswa mengeluh. Pak Say pun tanggap akan kondisi kelas yang tidak representatif untuk ditempati belajar karena cuaca panas . Maklum waktu itu terik matahari sangat menyengat hingga ruang kelas terasa “puanas”.
Tanpa basa-basi Pak Say pun langsung mengajak siswa keluar kelas menuju ke masjid sekolah. Setibanya di serambi Masjid semua siswa diperintahkan untuk berwudlu terlebih dahulu . Satu persatu para siswa berwudlu dengan berbaris memanjang ke belakang, karakter antri yang ditanamkan di sekolah tersebut.
Dua puluh menit berjalan terhitung mulai bel berbunyi para siswa sudah berkumpul dengan duduk rapi di masjid. Dengan meminta izin kepada semua siswa, Pak Say memulai pembelajaran. Pembelajaran berlangsung dengan nyaman dan santai tanpa terganggu dengan “ ongkep” . Kipas manual berhenti tak bergerak tergantikan angin “ smilir-smilir”, tanya jawab guru dan siswa saling bersahutan bak bincang-bincang burung di pepohonan. Hingga pembelajaran usai dalam waktu 90 menit.
Sedikit cerita diatas merupakan kondisi dan situasi yang mungkin terjadi di kelas kita. Kita tidak bisa bersikukuh memaksakan pembelajaran dikelas jika kondisi dan situasi demikian terjadi. Kita sebagai guru harus berinisitif dan mengambil langkah agar pembelajaran bisa berjalan dengan nyaman dan menyenangkan. Dimanapun tempat dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar.
Merdeka belajar, merdeka beraktifitas, dimanapun tempat menjadi sarana belajar ,menjadi kelas yang menyenangkan dengan tidak mengenyampingkan etika dan adab.

Minggu, 05 April 2020

Metamorfosis di Era Digital


Dengung Era Digital telah tersebar luas di masyarakat. Baik yang disampaikan melalui workshop, diklat, seminar, dan forum sejenisnya. Belum lagi yang secara masif disampaikan melalui media informasi, tinggal klik di gadget, langsung muncul yang ingin kita ketahui. Penjelasan dan penjabaran lengkap ditampilkan dari berbagai sumber, media cetak berupa buku atau yang berupa e-book serta artikel. Itulah fakta dan realita yang sekarang kita rasakan. Entah, apakah orang lain juga demikian.
Saya mencoba memahami melalui melihat, mendengar, berkomunikasi dan berselancar, di dunia maya sekadar ingin “paham”, apa itu Era Digital. Bagaimana kita menghadapi era ini, sehingga tidak tergilas dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secuil pemahaman saya tentang Era Digital , mengesankan tidak ada alasan bagi kita untuk tetap bersikukuh “ogah tahu” perkembangan ilmu khususnya di bidang teknologi pendidikan. Ketika kita menengok sejarah perkembangan alat komunikasi yang sangat cepat mengalami perkembangan menuntut adanya pola perubahan aktivitas pada setiap diri manusia begitu juga dengan institusi, corporate, organisasi yang menggunakan jasa komunikasi dan jaringan net. Kita melihat bagaimana tergerusnya taksi konvensional oleh taksi online, market online tumbuh menjamur seolah akan menggusur mall-mall perbelanjaan, e-banking dengan segala fitur kemudahan seakan memangkas buruh bank, layanan e-tiket yang sudah mulai melalap agen-agen konvensional, E-Learning yang sekarang sudah membanjiri dunia virtual yang secara sadar tidak sadar, langsung maupun tidak langsung akan menguasai peran di era digital ini.
Itu seujung kuku tentang era digital yang saya pahami. Entah, apakah pemahaman saya ini bisa dibenarkan atau tidak, tentunya para ahli dan orang-orang yang berkompeten dapat menjelaskan secara detail seluk beluknya. Core yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana kita sebagai mahluk yang diberi akal dan disuruh berpikir tidak berdiam diri stagnan akan pengetahuan yang ada pada diri kita. Kita dituntut terus beradaptasi dengan segala perubahan, bermetamorfosis untuk menjadi lebih baik dari segi tampilan, wawasan dan implemetasi kita bersikap. Ulat saja bisa bermetamorfosis”. Bagaimana dengan manusia yang dilengkapi dengan akalnya? Tentunya, dalam bermetamorfosis kita sebagai umat beragama tetap berpatokan pada hukum-hukum yang kita yakini. Kritis memilah dan memilih apa yang menjadi konsumsi untuk beradaptasi dengan segala perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi. Sehingga nantinya kita terus hidup dan segar menikmati perkembangan jaman dengan tetap beradad terhadap lingkungan alam dan sosial serta yang utama menjadi ibadah kita kepada Sang Khalik.

Jumat, 03 April 2020

Rumah Ki Hajar Dewantara: Bonsai Yang Unik

Rumah Ki Hajar Dewantara: Bonsai Yang Unik: Kata “bonsai” tak asing didengar bagi kita semua. Bonsai merupakan tanaman pohon yang sengaja dikerdilkan dan dibentuk sedemikian rupa ...

Bonsai Yang Unik


Kata “bonsai” tak asing didengar bagi kita semua. Bonsai merupaakan tanaman pohon yang sengaja dikerdilkan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan keindahan seni pada akar,batang dan daunnya. Semakin memiliki banyak keunikan pada bonsai pastinya akan memiliki nilai ekonomis yang “lumayan” jika dijual dan “diuangkan”. Banyak orang yang terlanjur “gandrung” pada bonsai karena mungkin sekadar hobi atau karena menjadi ladang bisnis yang sangat menguntungkan.
Ada hal yang menarik dapat kita petik hikmah pelajaran dari bonsai. Jika kita amati dan cari tahu tentang bagaimana seluk beluk bonsai mulai dari pemilihan pohon, penyiapan media, penanaman dan pemeliharaan, pembentukan sampai tahap penyempurnaan, maka dibutuhkan keahlian, kesabaran dan “keajekan” dari awal sampai akhir. Membuat bonsai yang memiliki nilai seni tinggi memerlukan waktu panjang, pengorbanan tenaga dan waktu untuk memberi perhatian serta “telaten” untuk membentuk batang ranting, memotong dahan yang memang tidak diperlukan.
Terlepas dari cerita bonsai diatas, mari bersama melihat posisi kita sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik memiliki tanggungjawab akan keberadaan peserta didik disekolah. Amanah yang diberikan para orang tua kepada kita sebagai guru sungguh sangat berat. Bayangkan, guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar dan melatih. Secara ringkas mendidik berkaitan dengan sikap, mengajar berkaitan dengan pengetahunan dan melatih berkaitan dengan ketrampilan. Ambillah visi sekolah yang secara umum menjadi tujuan ketercapaian terhadap peserta didik yaitu terciptanya peserta didik yang cerdas, terampil dan berakhlakul karimah.
Menjadi pertanyaan bagi kita sebagai guru, bagaimana cara mencetak siswa sehingga terwujud seperti visi diatas ?
Ya…. mungkin kita mudah menjawab dengan argumentasi yang serba teoritis. Tetapi sering kita menemui kendala di “medan tempur”. Ketika dalam pelaksanaannya kita butuh ektra dan kesunguh-sungguhan, telaten dan sabar dalam mendampingi peserta didik. Seperti halnya kita membentuk bonsai. Kita harus mempersiapkan media tanam secara baik dalam hal ini kita harus menyiapkan  lingkungan sekolah yang kondusif dan minimal ada ketercukupan fasilitas pembelajaran. Sekolah pastinya memiliki sederet aturan untuk diterapkan kepada peserta didik bukan untuk mengekang tetapi untuk mengendalikan dan mengarahkan agar terbentuk sikap dan karakter yang baik dan mulia. Sekolah secara terus menerus memberikan “nutrisi” ilmu pengetahuan kepada peserta didik serta terus melatih akan terasahnya ketrampilannya.itu semua dilakukan demi tercapai sebuah visi.
“Tegas dalam mendidik bukan berarti keras, disiplin terhadap waktu  bukan berarti kita mengekang kebebasan, menggiring bukan berarti memaksa”
Untuk membentuk karakter tidak cukup waktu satu dua hari, tetapi membutuhkan waktu yang panjang dan membutuhkan kesabaran ,
Untuk membentuk karakter dibutuhkan pembiasaan yang terus menerus “ajek” dilakukan.
Hingga akhirnya akan menjadi kesadaran yang ikhlas pada setiap individu.
Semoga kita semua sebagai pendidik mendapatkan kekuatan, pertolongan serta taufik hidayah-Nya dalam mendidik anak bangsa dan mengemban amanah penuh tanggungjawab. Amiin.
#salamliterasi#paksay

Tips Menulis Cepat dan Tepat

Bertemu kembali dalam kihade@blogspot. Kali ini kita akan mengahdirkan Catur Nurrochman Oktavian, M. Pd. Beliau adalah Ketua Departemen ...